PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah (Meksiko Bagian
Selatan) sekitar 8.000 sampai 10.000 tahun yang lalu. Dari penggalian ditemukan
fosil tongkol jagung dengan ukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai
sekitar 7.000 tahun. Menurut pendapat beberapa ahli botani, teosinte (Zea
mays sp. Parviglumis) sebagai nenek moyang tanaman jagung, merupakan
tumbuhan liar yang berasal dari lembah Sungai Balsas, lembah di Meksiko
Selatan. Bukti genetik, antropologi, dan arkeologi menunjukkan bahwa daerah
asal jagung adalah Amerika Tengah dan dari daerah ini jagung tersebar dan
ditanam di seluruh dunia ( Iriany, dkk., 2007).
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil
utama tanaman jagung adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan
Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman
jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat
mendukung untuk pertumbuhannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Menurut data Badan Pusat Statistik (2009),
produksi jagung di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 166,129 ton per
tahun. Hasil produksi jagung terkonsentrasi di Kabupaten Ogan Komering
Ilir (OKI) dengan produksi sebanyak 119,850 ton per tahun, Kabupaten Musi
Banyuasin (MUBA) sebanyak 30,960 ton per tahun, dan di Kabupaten Banyuasin
sebanyak 15,319 ton per tahun.
Tanaman jagung secara spesifik merupakan tanaman
pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan.
Jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi di Indonesia.
Sedangkan, berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki
urutan ketiga setelah gandum dan padi. Tanaman jagung hingga kini
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian, seperti : tepung
jagung (maizena), minyak jagung, bahan pangan, serta sebagai pakan ternak dan
lain-lainnya. Khusus jagung manis (sweet corn), sangat disukai
dalam bentuk jagung rebus atau bakar (Derna, 2007).
Jagung manis merupakan komoditas pertanian yang sangat
digemari terutama oleh penduduk perkotaan, karena rasanya yang enak dan manis
banyak mengandung karbohidrat, sedikit protein dan lemak. Budidaya jagung manis
berpeluang memberikan untung yang tinggi bila diusahakan secara efektif dan
efisien (Sudarsana, 2000).
Jagung manis
mengandung kadar gula yang relatif tinggi, karena itu biasanya dipungut muda
untuk dibakar atau direbus. Ciri dari jenis ini adalah bila masak bijinya
menjadi keriput dan bermanfaat sebagai bahan makanan, makanan ternak, bahan
baku pengisi obat dan lain-lain (Harizamrry, 2007).
Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala
unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat
meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingga dan
Marsono (2001) menyatakan bahwa, pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah
karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap
tanaman.
Nihayati dan Damhuri (2004) mengemukakan bahwa, pertumbuhan
tanaman yang baik diperlukan pemberian pupuk yang memadai. Pemupukan
nitrogen merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil jagung
manis. Umumnya untuk mencapai hasil maksimum petani sering memberikan
pupuk melebihi kebutuhan tanaman dan kurang memperhatikan waktu pemberian yang
tepat.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghasilkan produksi
jagung manis. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung manis
dapat ditempuh dengan pemberian pupuk dan pengaturan jarak tanam. Pupuk
terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Rahmi dan
Jumiati, 2003).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari
tanaman atau hewan yang telah melalui proses dari rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki
sifat fisik, biologi dan kimia tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006 ).
Pemupukan melalui tanah kadang–kadang kurang bermanfaat,
karena berbagai unsur hara telah larut lebih dahulu dan hilang melalui air
perkolasi atau mengalami fiksasi oleh koloid tanah sehingga tidak dapat diserap
oleh tanaman. Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan
efesien adalah dengan cara menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman.
Pupuk Organik Cair (POC), adalah jenis pupuk yang berbentuk
cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur
penting guna kesuburan tanah. Pupuk Organik Cair adalah pupuk yang dapat
memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena
bentuknya yang cair, maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah
dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang
dibutuhkan (Yulianti,
2000).
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan
konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian
melalui tanah (Hanolo, 1997). Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka
kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu
juga dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada
tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian
dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala
kelayuan pada tanaman (Suwandi dan Nurtika,
1987). Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh
para peneliti dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di
lapangan (Rizqiani, dkk., 2007).
Menurut
Rahmi dan Jumiati (2007), perlakuan waktu penyemprotan pupuk oganik
cair (POC) Super ACI 15 hari,30 hari dan 45 hari menghasilkan tanaman yang
lebih tinggi, umur tanaman saat keluar bunga betina dan umur panen yang lebih
cepat, komponen tongkol yang besar dan lebih berat serta produksi tongkol yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan waktu penyemprotan pupuk organik
cair Super ACI 12 hari, 24 hari, dan 42 hari dan perlakuan waktu penyemprotan
pupuk organik cair Super ACI 18, 36 dan 54 hari.
Menurut Parman (2001), pemberian pupuk organik cair
dengan dosis 4 ml L-1
dengan waktu penyemprotan 2 hari, 4 hari dan 6 hari setelah tanam menghasilkan
hasil yang signifikan terhadap jumlah daun, diameter umbi dan berat basah
tanaman.
Berdasarkan
berbagai uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian terhadap
budidaya tanaman jagung manis dengan perlakuan pengaturan takaran pemberian pupuk
organik cair, Karena sampai batas tertentu konsentrasi yang
diberikan dengan aplikasi takaran pupuk daun yang dilakukan merupakan
faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea
mays saccharata Sturt).
1.2.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian Pupuk Organik Cair (POC) terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays sachhrata Sturt).
1.2.2.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan
informasi bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya
bagi para petani yang membudidayakan tanaman jagung.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis termasuk dalam
keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt.
Klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub
division : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays saccharata Sturt.
Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung merupakan tanaman
berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar lateral, akar
adventif, dan akar udara. Akar lateral tumbuh dari radikula dan embrio.
Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling
bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan. Sementara akar udara adalah
akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah permukaan tanah.
Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan
air tanah. Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk
silinder. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi
tongkol. Tinggi tanaman jagung tergantung varietas, umumnya berkisar 100
cm sampai 300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang.
Jumlah daun terdiri dari 8 helai sampai 48 helai tergantung varietasnya. Antara
kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula
adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga
memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam
tongkol, yang tumbuh dari buku di antara batang dan pelepah daun. Umumnya
satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina.
Biji jagung terletak pada tongkol
(janggel) yang tersusun memanjang. Pada tongkol tersimpan biji-biji jagung yang
menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang
hingga keluar dari pembungkus (kelobot). Setiap tanaman jagung terbentuk satu
sampai dua tongkol. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan
bervariasi. Perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain varietas tanaman, tersedianya makanan di dalam tanah dan faktor lingkungan
seperti sinar matahari dan kelembaban udara. Biji jagung manis yang masih
muda mempunyai ciri bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca sedangkan biji
yang telah masak dan kering akan menjadi keriput atau berkerut.
Jagung manis mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik
dibandingkan dengan jagung biasa. Kandungan zat gizi jagung manis tiap
100 gram berat bahan yang dapat dimakan tertera pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Nilai Zat Gizi Jagung Manis tiap 100 gram yang Dapat
Dimakan
No
|
Zat gizi
|
Kandungan zat gizi
|
1
|
Energi
|
96,0
kalori
|
2
|
Protein
|
3,5 g
|
3
|
Lemak
|
1,0 g
|
4
|
Karbohidrat
|
22,8
g
|
5
|
Kalium
|
3,0
mg
|
6
|
Fosfor
|
111,0 mg
|
7
|
Besi
|
0,7
mg
|
8
|
Vitamin A
|
400,0 SI
|
9
|
Vitamin B
|
0,15
mg
|
10
|
Vitamin C
|
12,0 mg
|
11
|
Air
|
72,7
g
|
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1. Iklim
Tanaman jagung dapat tumbuh di
dataran rendah sampai dataran tinggi 1300 m di atas permukaan laut (dpl),
kisaran suhu antara 13ºC sampai 38ºC dan mendapat sinar matahari penuh.
Tanaman jagung tumbuh dan berproduksi optimum di dataran rendah Indonesia
sampai ketinggian 1800 m di atas permukaan laut (dpl), dan memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85 mm per tahun sampai 200 mm per tahun selama masa
pertumbuhan.
2.2.2.
Keadaan Tanah
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan
di dalam tanah sangat menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan.
Tanaman jagung tidak membutuhkan
persyaratan yang khusus karena tanaman ini tumbuh hampir pada semua jenis tanah
asalkan tanah tersebut subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase
maupun aerase baik. Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan
optimal tanaman jagung antara pH 5,5 sampai pH 6,5 tetapi yang paling baik
adalah pH 6,8.
2.2.3. Peranan Pupuk Organik Cair (POC) bagi Tanaman
POC merupakan bahan organik murni
berbentuk cair dari limbah ternak dan unggas, limbah alam dan tanaman, beberapa
jenis tanaman tertentu serta zat-zat alami tertentu yang diproses secara
alamiah. POC berfungsi multiguna terutama dipergunakan untuk semua jenis
tanaman pangan (padi, palawija), horti (sayuran, buah, bunga) dan tahunan (coklat,
kelapa sawit, karet) juga untuk ternak/unggas dan ikan. POC mempunyai
fungsi setara dengan kandungan unsur hara mikro 1 ton pupuk kandang.
Kandungan humat dan fulvat yang dimiliki POC berangsur-angsur akan memperbaiki
konsistensi (kegemburan) tanah yang keras serta melarutkan SP-36 dengan cepat.
Kandungan Zat Pengatur Tumbuh (Auxin, Giberelin dan Sitokinin) akan mempercepat
perkecambahan biji, pertumbuhan akar, perbanyakan umbi, fase pertumbuhan
tanaman serta memperbanyak dan mengurangi kerontokan bunga dan buah. Aroma khas
POC akan mengurangi serangan hama. POC akan memacu perbanyakan pembentukan
senyawa polyfenol untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan
penyakit. Jika serangan hama dan penyakit melebihi ambang batas pestisida tetap
digunakan secara bijaksana, karena POC hanya mengurangi serangan hama dan
penyakit bukan untuk menghilangkan sama sekali).
2.3.
Peranan Unsur Hara bagi Pertumbuhan Tanaman
Tanaman memerlukan makanan yang
sering disebut hara tanaman. Tanaman membutuhkan bahan organik untuk
mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman dapat
memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan oleh unsur lain (Rosmarkam
dan Yuwono, 2002).
Tanaman terdiri atas bahan organik 27%, air 70% dan
mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya berbagai
unsur mineral dan unsur hara yang berbeda, ketersediaan dalam medium yang
berbeda dan juga tergantung pada organ tanaman dan umur tanaman (Samekto,
2008).
Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata.
Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi
untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai
daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman
tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas,
stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam
jaringan daun, dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun
juga masuk ke dalam jaringan daun.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau
pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam
setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi
efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada
saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke
daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar (Yusuf, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 28 mei 2013 sampai 30 agustus 2013. Dan bertempat di kampung
cikendi desa mekarjaya kecamatan cikalongkulon kabupaten cianjur.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : benih jagung manis bisi sweet, pupuk organik cair
(POC), pupuk N, P, dan
K (sebagai pupuk
dasar), Fungisida Dithane M-45, Insektisida Sevin 85 SP, air, serta bahan-bahan
lain yang diperlukan dalam penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cangkul, parang, babat, gembor, tali rafia, tangki, meteran,
gunting, papan sampel, timbangan, kalkulator, alat tulis dan peralatan lain
yang diperlukan dalam penelitian.
3.3.
Metode Penelitian
3.3.1.
Rancangan Percobaan
Percobaan
ini akan dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri
dari 4 (empat) perlakuan dan diulang sebanyak 6 (enam) kali. Sehingga
didapat 24 satuan percobaan. Jumlah sampel yang diamati dalam setiap satuan
percobaan berjumlah 4 (empat) tanaman.
3.3.2.
Rancangan Perlakuan
Pemberian pupuk organik cair terdiri dari 4 (empat)
level, yaitu :
P0
= kontrol
P1
= 20 cc/20 lt air
P2
= 40 cc/20 lt air
P3
= 60 cc/20 lt air
3.3.3.
Rancangan Respon
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :
a. Tinggi
Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari pangkal
tumbuh tanaman pada permukaan tanah yang sudah ditandai dengan menggunakan
patok standard sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dimulai pada saat
tanaman berumur 2 (dua) minggu setelah tanam (MST) sampai muncul bunga jantan,
dengan interval waktu pengukuran 1 (satu) minggu sekali.
b.
Jumlah Daun (helai)
Pengamatan atau penghitungan jumlah daun
dilakukan pada daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat
tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) sampai tanaman mengeluarkan bunga
jantan, dengan interval waktu pengamatan 1 (satu) minggu sekali.
c.
Panjang Tongkol (cm)
Pengukuran panjang
tongkol dilakukan setelah panen, yaitu setelah tongkol dipisahkan dari kelobotnya
(dikelupas). Pengukuran dilakukan dari pangkal sampai ujung tongkol dengan
menggunakan mistar.
d. Hasil per Galangan
(kg)
Penghitungan produksi per galangan
dilakukan dengan menimbang seluruh buah jagung pada tiap-tiap galangan.
Penimbangan buah jagung dilakukan dengan kondisi buah jagung masih utuh (berkelobot),
yaitu dalam kondisi jagung baru dipanen dari batangnya.
3.3.4.
Rancangan Analisis
Data hasil pengamatan yang diperoleh
dianalisis secara statistika berpedoman pada daftar analisis keragaman
Rancangan Acak Kelompok (RAK), dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini :
Tabel 2. Analisis Keragaman Rancangan Acak
Kelompok (RAK)
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F
– hitung
|
F-
Tabel
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Kelompok
|
k-1 = v1
|
JKK
|
JKK/v1
|
KTK/KTG
|
(v1, v3)
|
|
Perlakuan
|
p-1 = v2
|
JKP
|
JKP/v2
|
KTP/KTG
|
(v2, v3)
|
|
Galat
|
vt-v1-v2 = v3
|
JKG
|
JKG/v3
|
-
|
||
Total
|
(k.p)-1 = vt
|
JKT
|
Sumber
: Hanafiah (2004)
Uji
nyata keragaman dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Jika F hitung lebih besar dari F
tabel 5% berarti perlakuan tersebut berpengaruh nyata, dan dinotasikan dengan
(n)
2. Jika F hitung lebih besar dari F
tabel 1% menunjukkan perlakuan tersebut berpengaruh sangat nyata, dinotasikan
dengan (sn)
3. Jika F hitung lebih kecil dari F
tabel 5% menunjukkan perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata, dinotasikan
dengan (tn)
Ketelitian dari penelitian yang
dilakukan dapat dilihat dari nilai koefisien keragaman (KK) yang rumusnya
adalah:,
dimana : KTG = Kuadrat Tengah Galat
= Rerata Umum
Apabila dari hasil uji F diperoleh
pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda antar perlakuan dengan
mengunakan uji test BNT (Beda Nyata Terkecil).
3.3.5.
Cara Kerja
3.3.5.1.
Pembukaan Lahan
a. Persiapan
Lahan
Lahan atau areal yang telah diukur
dibersihkan dari gulma-gulma dan sisa-sisa tanaman yang ada. Pembersihan lahan
dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan alat seperti parang babat,
cangkul, serta alat-alat lain yang diperlukan.
b.
Pengolahan Tanah
Tanah diolah pada kondisi lembab, tetapi
tidak terlalu basah dengan menggunakan cangkul sampai gembur agar memperbaiki
struktur tanah, memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah dan mendorong aktivitas
mikroba tanah.
c. Pembuatan
Galangan
Pembuatan galangan dikerjakan setelah
pengolahan tanah selesai, yaitu dengan membuat galangan sebanyak 24 galangan
berukuran 3m x 3 m. Pada saat pembuatan galangan sekaligus dibuat jarak antar
galangan masing-masing 100 cm yang juga berfungsi sebagai pembuangan atau
pengaliran air ketika terjadi hujan.
3.3.5.2.
Penanaman
Sebelum penanaman, dilakukan pemberian
pupuk dasar N, P, dan K sesuai takaran anjuran. Kemudian penanaman dilakukan
secara tugalan, yaitu dengan kedalaman tugalan 3 cm, kemudian setiap lubang
diisi dengan 2 (dua) benih jagung dan ditutup kembali dengan tanah. Adapun
jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 30 cm. Setelah penanaman benih
selesai, dilakukan penyiraman pertama dengan menggunakan gembor secara merata.
3.3.5.3. Aplikasi
Pupuk Organik Cair (POC)
Pengaplikasian POC dilakukan setelah tanam
sebelum panen dengan dosis sesuai perlakuan. Pemberian pupuk dilakukan pada
pagi hari antara pukul 07.00 WIB sampai 10.00 WIB atau sore hari antara pukul
15.00 WIB sampai 18.00 WIB dengan menggunakan tanki. Pengaplikasian mulai
dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam sampai pada saat
tanaman sudah berbunga, setiap satu minggu sekali.
3.3.5.4.
Pemberian Pupuk Dasar
Pupuk dasar N, P, K diberikan sesuai dengan dosis Urea =
400 kg/haֿ¹, SP 36 = 383 kg/haֿ¹, KCl =100 kg/haֿ¹ pada saat tanam dan
4 (empat) minggu setelah tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang yang
telah dibuat dengan cara tugal disamping kanan tanaman dengan jarak 5 cm,
kedalaman 7 cm (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
3.3.5.5.
Pemeliharaan
a.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari selama masa
pertumbuhan tanaman, yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor,
dan apabila terjadi hujan pada malam hari maka penyiraman pada pagi
hari tidak dilakukan, jika hujan terjadi pada siang hari, maka penyiraman sore
hari tidak dilakukan.
b. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan 7 (tujuh) hari setelah tanam dengan
cara meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman
dilakukan apabila tanaman pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar
tanaman. Penyiangan dilakukan satu minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan
lain-lain. Agar penyiangan tidak mengganggu perakaran tanaman maka dilakukan
setelah tanaman berumur 15 hari.
d.
Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan untuk memperkokoh berdirinya
tanaman. Pembumbunan dilakukan secara bersamaan dengan penyiangan ke 2 (dua)
yaitu pada umur 42 hari setelah tanam.
e. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Penggunaan pestisida hanya
diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses
produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida Sevin 85 SP.
Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperhatikan kelestarian musuh alami dan
tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih
efisien.
3.3.5.6. Panen
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 70 hari, yaitu pada saat kelobot (bungkus janggel jagung)
berwarna cokelat muda dan kering serta bijinya mengkilap.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tanaman yang diberikan pupuk organik cair pertumbuhan lebih lambat dan lebih hijau dibandingkan dengan
menggunakan pupuk anorganik akan tetapi menggunakan pupuk organik dapat
mengubah struktur tanah lebih baik untuk priode berikutnya.
Dengan penggunaan pupuk organik yang secara teratur
maka hasil produksi akan optimal dan lebih bagus di bandingkan dengan
menggunakan pupuk anorganik.
Pemberian pupuk organik cair terdiri
dari 4 (empat) level, yaitu :
P0 =
control
P1 = 20
cc/20 lt air
P2 = 40
cc/20 lt air
P3 = 60
cc/20 lt air
Dari ke-4
(empat) sempel di atas yang lebih cocok digunakan dalam budidaya tanaman jagung
adalah dengan dosis 40 cc/20 lt air. Sedangkan dengan yang menggunakan dosis 20
cc/20 lt air tanaman lebih lambat pertumbuhannya dan untuk dosis 60 cc/20 lt
air
tanaman tidak tumbuh secara beragam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar