BAB. I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami
perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal
ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung
akhimya beralih makan nasi. Di Indonesia yang sebagian masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petanipun turut mengalami perubahan yang terus
meningkat, dimulai dengan penyiapan lahan sampai pasca panen. Tentunya untuk
mendapatkan hasil panen yang melimpah diperlukan cara-cara dalam merawat dan
mengolah lahan, serta perlunya bibit yang unggul. Awal pengolahan merupakan
salah satu hal yang penting, karena merupakan pondasi awal sebelum melakukan
kegiatan bercocok tanam. Dengan pengolahan lahan yang baik maka akan
diharapkan kondisi tanah menjadi lebih baik. Ditinjau dari tingkat erosi tanah
hingga keadaan topografi tanah.
1.2. Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini
yaitu untuk mengetahui macam-macam pengolahan lahan pertanian.
BAB. II
PEMBAHASAN
Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan
daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan
lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan,
dan manusia.Setiap kegiatan
pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan
(
struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan
akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang
terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan
sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam
keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan
terhadap, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah.
Metode atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi
dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.
2.1 Metode Pengolahan Lahan
1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan lahan dengan metode
konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang sempit dan memiliki
kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak dilakukan di lingkungan
pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan
persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak
dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan
biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system
ini banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama
dalam pengerjaannya.
2.
Pengolahan Lahan Secara Modern
Pengolahan lahan dengan
cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman tanaman perkebunan dan
memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan dengan cara ini biasannya
menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem ini memiliki kelebihan
diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta dapat menghemat waktu
penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu dibutuhkannya modal yang besar
dalam pengupayaannya.
2.2. Macam-macam System Pegolahan Lahan
1. Pengolahan Lahan Sempurna
Pengolahan lahan secara sempurna
yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai
dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi
pembajakan, pemupukan dan rotary.
2. Olah Lahan Minimum.
Pegolahan lahan dengan olah tanah
minimum hanya meliputi pembajakan( tanah diolah, dibalik, kemudian tanah
diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan
persawahan.
3. Tanpa Olah Tanah(TOT)
Pengolahan lahan pada system ini
hanya meliputi penye,protan guna membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan,
kemudian ditungg hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada
pengolahan lahan ini biasanya digunakan sisti tajuk dalam proses penanamannya.
Pengolahan lahan juga tentunya
harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan. Semakin curam keadaan
maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika tingkat erosi semakin
besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain banyak hilang. Berikut
adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah
1. Hampir Datar
Pada topografi ini tanah memiliki sifat diantaranya pengairan
baik, mudah diolah ancaman erosi kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan
menahan air baik, subur, dan respon terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini
sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian
2. Lereng Landai
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya struktur tanah
kurang baik, ada ancaman erosi, pengolahan harus hati-hati,
3. Lereng Miring
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya baik ditanami
untuk tanaman semusim mudah tererosi bergelombang tanahnya padas, kemampuan
menahan air rendah.
4. Lereng Miring dan Berbukit
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya lapisan tanah
tipis, kemampuan menahan air rendah sangat mudah tererosi dan, sering
banjir. kandungan garam natrium tinggi
5. Datar
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tidak cocok
untuk pertanian, selalu tergenang air dan tanahnya berbatu-batu
6.. Lereng Agak Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah
berbatu-batu, erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.
7. Lereng Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu,
erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal, hanya untuk padang
rumput
8. Lereng Sangat Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya berbatu dan
kemampuan menahan air sangat rendah tidak cocok untuk pertanian, lebih
sesuai dibiarkan (alami)
BAB. III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
data yang telah ditulis dapat disimpulkan bahwa pngolahan lahan merupakan salah
satu faktor penting dalam pertanian, karena pengolahan lahan merupakan proses
awal sebelum kegiatan penanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, James P. 2009. Diversifikasi dan Sentuhan Teknologi Salah Satu
Upaya untuk SejahterakanPetani. http://japarde.multiply.com.
Rahayu,
Subekti. 2004. Pertanian Ekologis: Keuntungan dan Kendalanya. ICRAF-SEA: Bogor. http://www.leisa.info/index.
Rachmat Kusnadi, Muhammad Oding Rosidi, Sutomo, Geografi SMU I, Bandung:
Grafindo Media Pratama, 1997.
S. Machmudi Alimin, Geografi SMU I, Bandung: Armico, 1994.
Sumadi Sutrijat, Geografi I, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Dariah, Ai. 2009. Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan. Balai
Penelitian Tanah: Bogor. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.
Mayunar dan Subrata. 2009. Usahatani Padi Sawah
Melalui Pendekatan PTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten. http://banten.litbang.deptan.go.id.
mekanisme pengolahan tanah
A. Tujuan Umum Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu: (1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan (2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses pembusukan.
B. Pengolahan Tanah Secara Mekanis
1. Keuntungan Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara keseluruhan. Adapun beberapa keuntungan pengolahan tanah secara mekanis adalah sebagai berikut :
2. Keuntungan Teknis
Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam.
3. Keuntungan Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani.
4. Keuntungan Waktu
Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
5. Mengkondisikan Lahan
Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara keseluruhan. Dalam mengolah tanah secara mekanis, lahan yang akan diolah harus dikondisikan terlebih dahulu sehingga siap untuk diolah. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :
a. Topografi (kenampakan permukaan lahan)
Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor tangan sebaiknya jangan melebihi 30°. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.
b. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindahkan dari lahan atau dihancurkan. Vgtasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit. Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor. Namun cara pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.
c. Bebatuan
Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan dapat pecah, sedang pisau mesin rotari dapat patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah.
d. Kadar air tanah
Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berfariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan.
Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah (pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah kering.
Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di implemen dan roda traktor.
Hasil pengolahan tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran roda traktor mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat rendah, sehingga traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam tanah.
Apabila tanah lebih dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket lagi namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah basah.
C. Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor-faktor tersebut diantaranya, adalah:
1) Faktor Teknis
Penggunaan traktor di lapangan untuk pengolahan tanah terlihat bahwa masih banyaknya sisa tunggul pada petakan olahan dapat menghambat penggunaan alat pengolahan tanah, sehingga dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja alat. Akibatnya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan dari penggunaan traktor. Selain itu ketersediaan sukucadang juga menjadi faktor penghambat.
2) Faktor ekonomi
Kemampuan daya beli alat mesin pertanian mempengaruhi pengembangan pengolahan tanah secara mekanis khususnya para petani di pedesaan.
3) Faktor Sumber Daya Manusia
Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya menuntut pengetahuan dan keterampilan. Begitu pula dengan penggunaan alat pengolahan tanah. Tingkat pendidikan petani di Indonesia pada umumnya masih rendah.
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu: (1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan (2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses pembusukan.
B. Pengolahan Tanah Secara Mekanis
1. Keuntungan Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara keseluruhan. Adapun beberapa keuntungan pengolahan tanah secara mekanis adalah sebagai berikut :
2. Keuntungan Teknis
Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam.
3. Keuntungan Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani.
4. Keuntungan Waktu
Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
5. Mengkondisikan Lahan
Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara keseluruhan. Dalam mengolah tanah secara mekanis, lahan yang akan diolah harus dikondisikan terlebih dahulu sehingga siap untuk diolah. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :
a. Topografi (kenampakan permukaan lahan)
Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor tangan sebaiknya jangan melebihi 30°. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.
b. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindahkan dari lahan atau dihancurkan. Vgtasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit. Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor. Namun cara pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.
c. Bebatuan
Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan dapat pecah, sedang pisau mesin rotari dapat patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah.
d. Kadar air tanah
Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berfariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan.
Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah (pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah kering.
Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di implemen dan roda traktor.
Hasil pengolahan tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran roda traktor mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat rendah, sehingga traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam tanah.
Apabila tanah lebih dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket lagi namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah basah.
C. Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor-faktor tersebut diantaranya, adalah:
1) Faktor Teknis
Penggunaan traktor di lapangan untuk pengolahan tanah terlihat bahwa masih banyaknya sisa tunggul pada petakan olahan dapat menghambat penggunaan alat pengolahan tanah, sehingga dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja alat. Akibatnya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan dari penggunaan traktor. Selain itu ketersediaan sukucadang juga menjadi faktor penghambat.
2) Faktor ekonomi
Kemampuan daya beli alat mesin pertanian mempengaruhi pengembangan pengolahan tanah secara mekanis khususnya para petani di pedesaan.
3) Faktor Sumber Daya Manusia
Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya menuntut pengetahuan dan keterampilan. Begitu pula dengan penggunaan alat pengolahan tanah. Tingkat pendidikan petani di Indonesia pada umumnya masih rendah.
Pengolahan Lahan Tanaman Jagung Pengolahan tanah bertujuan
untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi
pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang
baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu
basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan tanaman.
5) Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan tanaman.
5) Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
Menurut Ensiklopedi Indonesia
Tanah adalah campuran bagian –
bagian batuan dengan material serta bahan organik yang merupakan sisa kehidupan
yang timbul pada permukaan bumi akibat erosi dan pelapukan karena proses waktu.
Menurut Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX
mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk
regolit yaitu lapisan partikel halus.
Menurut Hanafiah
Tanah adalah lapisan permukaan
bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan
udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber penyuplai hara
atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, dan Cl); dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Menurut Darmawijaya (1990)
Tanah sebagai akumulasi tubuh
alam bebas, menduduki sebagain besar permukaan palnet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad
hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama
jangka waktu tertentu pula.
Menurut Soil Survey Staff
(1999)
Tanah merupakan suatu benda alam
yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas,
yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah
satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat
dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan,
kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan
mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alam.
Menurut Schoeder (1972)
Tanah sebagai suatu sistem tiga
fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta
jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada
permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang
memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh
bermacam-macam tanaman.
Menurut Jooffe dan Marbut (1949),
dua orang ahli Ilmu Tanah dari Amerika Serikat
Tanah adalah tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap
bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi
membentuk horizon-horizon mieneral maupun organik yang kedalamannya beragam dan
berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam
hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Tanah adalah tubuh alamiah yang terdiri
dari lapisan (horison tanah) dari unsur mineral ketebalan variabel, yang
berbeda dari bahan induk dalam morfologi, fisik, kimia, dan karakteristik
mineralogi.
Tanah terdiri dari partikel
pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi
pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karena interaksi
antara, hidrosfer atmosfer litosfer, dan biosfer . Ini adalah campuran dari
konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas dan air.
Partikel tanah pak longgar,
membentuk struktur tanah yang penuh dengan ruang pori. Pori-pori mengandung
larutan tanah (cair) dan udara (gas). Oleh karena itu, tanah sering
diperlakukan sebagai sistem negara tiga.Tanah Kebanyakan memiliki kepadatan
antara 1 dan 2 g / cm ³ .Tanah adalah. juga dikenal sebagai bumi itu adalah
substansi dari planet kita yang mengambil namanya. Little komposisi tanah
planet bumi adalah lebih tua dari Tersier dan paling tidak lebih tua dari
Pleistosen . Dalam rekayasa, tanah disebut sebagai regolith, atau bahan batuan
lepas. Tanah pembentukan faktor
Pembentukan tanah, atau
pedogenesis, adalah efek gabungan proses fisik, kimia, biologi, dan
antropogenik pada bahan induk tanah. Tanah genesis melibatkan proses yang
mengembangkan lapisan atau horizon dalam profil tanah. Proses ini melibatkan
penambahan, kerugian, transformasi dan translokasi bahan yang membentuk tanah.
Mineral berasal dari batuan lapuk mengalami perubahan yang menyebabkan
pembentukan mineral sekunder dan senyawa lainnya yang variabel larut dalam air,
konstituen tersebut dipindahkan (translokasi) dari satu bagian tanah ke daerah
lain dengan air dan aktivitas hewan. Perubahan dan pergerakan material di dalam
tanah menyebabkan terbentuknya horison tanah yang khas.
Pelapukan batuan dasar yang
menghasilkan bahan induk dari yang berbentuk tanah. Contoh pengembangan tanah
dari batuan yang telanjang terjadi pada aliran lava baru-baru ini di wilayah
hangat di bawah hujan lebat dan sangat sering. Dalam iklim seperti itu, tanaman
menjadi sangat cepat didirikan pada lava basaltik, meskipun ada bahan organik
sangat sedikit. Tanaman didukung oleh batuan berpori seperti diisi dengan air
nutrisi-bantalan yang membawa, misalnya, mineral terlarut dan guano. Akar
tanaman berkembang, sendiri atau berhubungan dengan jamur mikoriza,secara
bertahap memecah lava berpori dan bahan organik terakumulasi segera.
Tapi bahkan sebelum itu terjadi,
lava rusak terutama berpori di mana akar tanaman tumbuh dapat dianggap suatu
tanah. Bagaimana tanah “kehidupan” hasil siklus dipengaruhi oleh sedikitnya
lima tanah klasik membentuk faktor yang saling terkait secara dinamis dalam
membentuk tanah dengan cara dikembangkan, mereka termasuk: bahan induk, iklim
regional, topografi, potensi biotik dan berlalunya
Bahan dari yang membentuk tanah
disebut bahan induk. Ini mencakup: lapuk batuan dasar primer; bahan sekunder
diangkut dari lokasi lain, misalnya colluvium dan aluvium; deposito yang sudah
ada tapi campuran atau diubah dengan cara lain – formasi tanah tua, bahan organik
termasuk gambut atau humus alpine;. dan bahan antropogenik, seperti timbunan
sampah atau tambang. Beberapa bentuk tanah langsung dari pemecahan bebatuan
yang mendasarinya mereka kembangkan di. Tanah ini sering disebut “tanah
residu”, dan memiliki kimia umum yang sama seperti batu orang tua mereka.
Kebanyakan tanah berasal dari bahan-bahan yang telah diangkut dari lokasi lain
oleh angin, air dan gravitasi . Beberapa dari ini mungkin. telah pindah banyak
mil atau hanya beberapa meter. bahan tertiup angin disebut loess adalah umum di
Midwest Amerika Utara dan di Asia Tengah dan lokasi lainnya. Glasial sampai
adalah komponen tanah banyak di lintang utara dan selatan dan mereka yang
terbentuk di dekat pegunungan besar; sampai adalah produk es glasial bergerak
di atas tanah. Es dapat mematahkan batu dan batu besar menjadi potongan kecil,
juga dapat menyusun bahan ke dalam ukuran yang berbeda. Seperti es glasial
mencair, meleleh air juga bergerak dan bahan macam, dan deposito itu bervariasi
jarak dari asal-usulnya. Bagian lebih dalam dari profil tanah dapat memiliki
bahan yang relatif tidak berubah dari ketika mereka disimpan oleh air, es atau
angin,
Pelapukan adalah tahap pertama
dalam mengubah bahan induk menjadi bahan tanah. Pada tanah membentuk dari batuan
dasar, lapisan tebal bahan lapuk disebut saprolit bisa terbentuk. Saprolit
adalah hasil proses pelapukan yang meliputi: hidrolisis (penggantian kation
mineral dengan ion hidrogen), khelasi dari senyawa organik, hidrasi (penyerapan
air dengan mineral), solusi mineral dengan air, dan proses fisik yang mencakup
pembekuan dan pencairan atau pembasahan dan pengeringan . Komposisi mineralogi
dan kimia dari bahan batuan dasar utama, ditambah fitur-fitur fisik, termasuk
ukuran butir dan derajat konsolidasi, ditambah tarif dan jenis pelapukan,.
berubah menjadi bahan-bahan tanah yang berbeda.
Halo, saya Helena Julio dari Ekuador, saya ingin berbicara tentang Layanan Pendanaan Le_Meridian tentang topik ini.Le_Meridian Layanan Pendanaan memberi saya dukungan keuangan ketika semua bank di kota saya menolak permintaan saya untuk memberi saya pinjaman 500.000,00 USD, saya mencoba semua yang saya bisa untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank saya di sini di Ekuador tetapi mereka semua menolak saya karena kredit saya rendah tetapi dengan rahmat Tuhan saya jadi tahu tentang Le_Meridian jadi saya memutuskan untuk mencoba mengajukan permohonan pinjaman. dengan insya Allah mereka memberi saya pinjaman 500.000.00 USD permintaan pinjaman yang ditolak bank-bank saya di sini di Ekuador, sungguh luar biasa melakukan bisnis dengan mereka dan bisnis saya berjalan dengan baik sekarang. Berikut adalah Email Investasi Pendanaan Le_Meridian / Kontak WhatsApp jika Anda ingin mengajukan pinjaman dari mereka.Email:lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com WhatsApp Contact: 1-989-394-3740.
BalasHapus